Hidup adalah perjalanan panjang. Tetapi sepanjang
panjangnya hidup ini pasti ada ujungnya. Allah sudah menyediakan untuk
kita sebaik-baiknya tempat kembali, yaitu surga dengan segala
kenikmatan. Tapi yang tidak habis dipikir adalah orang mengingin kan
yang lain bukan surga.
Untuk siapakah Allah menyediakan surga?
Yaitu untuk yang menyadari bahwa dia hanyalah seorang hamba bagi Dia yang Maha Segala.
Yaitu untuk yang menyadari bahwa dia hanyalah seorang hamba bagi Dia yang Maha Segala.
"Saya di sini tiada lain adalah hamba Allah".
Yaitu sosok hamba yang memperilaku. Jadi perilaku hidup kita adalah perilaku seorang hamba Allah.
Belumkah tiba saatnya bagi kita meninggalkan dan
menanggalkan segala kepura puraan yang ada, lantas menggantinya dengan
keseharian semata, bahwa siapapun kita hanyalah hamba Allah belaka.
Apapun dalam hidup ini akhirnya kita lakukan semata karena kita adalah hamba Allah.
*Seorang ibu pun ketika memasak, bukan semata karena ia ibu, melainkan karena ia adalah seorang hamba Allah.
*Profesi pedagang pun, bukan sekedar profesi pedagang, melainkan seorang hamba Allah.*
*Seorang ibu pun ketika memasak, bukan semata karena ia ibu, melainkan karena ia adalah seorang hamba Allah.
*Profesi pedagang pun, bukan sekedar profesi pedagang, melainkan seorang hamba Allah.*
Lalu, siapakah sebenarnya Hamba Allah?
Kita berjalan dalam hidup dengan dua kemungkinan, ke surga atau ke neraka.
Sebenarnya diri kita ini adalah orang yang ingin menuju ke surga. Sehingga, diri yang baik adalah yang hidupnya berjalan menuju surga.
Kita berjalan dalam hidup dengan dua kemungkinan, ke surga atau ke neraka.
Sebenarnya diri kita ini adalah orang yang ingin menuju ke surga. Sehingga, diri yang baik adalah yang hidupnya berjalan menuju surga.
Diri yang baik adalah diri yang selalu menginginkan apa pun yang dilakukan diri saya adalah yang akan membawa menuju surga.
Baiknya seseorang diketahui dari keinginannya atas orang lain.
Hamba Allah adalah setiap manusia yang menjadikan hidup ini sebagai kesempatan untuk berjalan menuju surga.
Diri yang baik, tidak akan rela jika melihat diri ini sedang tidak berjalan menuju surga.
Katanya ingin ke surga, kok malas tahajjud?
Katanya ingin ke surga, kok tidak mau memaafkan kesalahan orang lain?
Katanya ingin ke surga, kok tidak mau memaafkan kesalahan orang lain?
Untuk menjadi hamba Allah, tidak harus menunggu tua.
Segala yang ada di dunia ini adalah fatamorgana, kecuali yang mengantarkan kita sampai ke surga.
Jabatan, harta...adalah fatamorgana sepanjang belum dapat mengantarkan kita ke surga.
Andai kita jujur menjadikan surga sebagai tujuan hidup
kita, maka sepenuhnya dan selamanya kita jalani hidup ini sebagai hamba
Allah...
Apapun profesi saya,
Seperti apapun keadaan saya...
Apapun profesi saya,
Seperti apapun keadaan saya...
Kejujuran yang paling penting adalah mengakui kita sebagai hamba Allah.
Kita bagai anak panah yang melesat, menuju sasaran yang PASTI. Yaitu surga jannatun na'im.
"Tidak ada istirahat kecuali di surga"
Begitulah sosok seorang hamba Allah.
Begitulah sosok seorang hamba Allah.
Bagaimana caranya agar kita bisa menjadi hamba Allah?
Sosok hamba Allah itu ingin hidup ini berujung akhir surga. Maka yang harus kita pahami, perjalanan menuju surga itu tidak kebetulan, butuh skenario.
Sosok hamba Allah itu ingin hidup ini berujung akhir surga. Maka yang harus kita pahami, perjalanan menuju surga itu tidak kebetulan, butuh skenario.
Seperti apa skenario hidup seorang hamba..?
Hidup ini adalah panggung sandiwara. Semua pemain sandiwara akan menyadari bahwa yang dilakukannya di panggung sandiwara ini harus berjalan sesuai skenario 'sang sutradara'.
Hidup ini adalah panggung sandiwara. Semua pemain sandiwara akan menyadari bahwa yang dilakukannya di panggung sandiwara ini harus berjalan sesuai skenario 'sang sutradara'.
Skenario siapakah yang selama ini harusnya kita gunakan dalam hidup kita?
Bukankah skenario Allah?
Bukankah skenario Allah?
Lalu bagaimana caranya agar kita semua tunduk pada skenario Allah?
Jika kita tunduk pada skenario Allah kelak Allah akan memberi kita sertifikat "Husnul Khatimah".
Jika kita tunduk pada skenario Allah kelak Allah akan memberi kita sertifikat "Husnul Khatimah".
Jalan Khudu' -> tunduk pada takdir Allah
Jalan Tha'ah -> patuh pada hukum-hukum Allah.
Jalan Tha'ah -> patuh pada hukum-hukum Allah.
Pada semua kehendak Allah.
Maka, seorang hamba tidak akan iri pada jalan hidup apapun yang tidak menunjukkan ketaatan dan ketundukan kepada Allah.
Kehendak Allah ada dua macam:
Hukum
Takdir
Hukum
Takdir
Hidup ini sudah diatur sedemikian rupa oleh kehendak Allah swt.
Ketaatan dan merindukan itu harus berjalan beriringan. Kunci nya adalah yaqin.
Siapa yang menjadikan tha'ah, Khudu', dan yakin Sebagai "kawan" perjalanan hidupnya, maka ia pasti akan "sampai".
"Senikmat nikmatnya hidup adalah menjadi hamba Allah."
Disadur dari tausiah Ust. Syatori Abdurrauf, Alhafidz
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat
Posting Komentar